PGEO & Toyota Kolaborasi Green Hydrogen, Dorong Transisi Energi Bersih Indonesia

PGEO & Toyota Kolaborasi Green Hydrogen, Dorong Transisi Energi Bersih Indonesia

Transisi energi bersih di Indonesia masuk ke babak baru. Pertamina Geothermal Energy (PGEO) resmi menggandeng Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) untuk mengembangkan ekosistem green hydrogen berbasis panas bumi.

Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Joint Declaration di ajang The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025, Jakarta. Langkah ini jadi sinyal kuat dukungan kedua perusahaan terhadap target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada 2060.

Fokus: Hidrogen Hijau dari Panas Bumi

PGEO dan Toyota akan mengembangkan pemanfaatan hidrogen hijau sebagai salah satu energi masa depan, terutama untuk ekosistem kendaraan listrik berbasis hidrogen.

Salah satu langkah awal adalah Pilot Project Green Hydrogen di Ulubelu, Lampung. Proyek ini memanfaatkan energi panas bumi dan teknologi elektrolisis hemat energi. Selain sebagai fasilitas percontohan, Ulubelu akan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, uji kelayakan komersial, dan studi pasar.

Tujuan & Tantangan yang Dihadapi

PGEO melihat proyek ini sebagai bagian dari strategi beyond electricity: memaksimalkan panas bumi bukan hanya sebagai listrik, tapi juga produk turunan ramah lingkungan.

Tantangan utamanya tentu ada di sisi keekonomian. Produksi hidrogen hijau masih butuh investasi besar. Namun baik PGEO maupun Toyota optimistis bahwa inovasi teknologi, ekosistem yang matang, dan model bisnis tepat akan menjadikan green hydrogen solusi energi bersih di Indonesia.

Diversifikasi Energi untuk Ketahanan Nasional

Toyota menilai diversifikasi energi berbasis EBT (energi baru terbarukan) adalah kunci menjaga ketahanan energi Indonesia. Kolaborasi ini juga memperluas kerja sama yang sudah berjalan sebelumnya: dari pengembangan bioetanol, biodiesel sawit, hingga pelumas ramah lingkungan.

Dampak Strategis Green Hydrogen

Kenapa hidrogen hijau ini penting? Ada beberapa dampak strategis:

  • Zero Emission: Green hydrogen tidak menghasilkan emisi karbon maupun polutan lain, sehingga berkontribusi langsung pada penurunan emisi gas rumah kaca di sektor energi, transportasi, hingga industri berat.
  • Ekonomi Lokal: Pilot project seperti di Ulubelu menciptakan peluang kerja baru, investasi infrastruktur, dan peningkatan keterampilan masyarakat setempat.
  • Potensi Besar: Pemerintah memproyeksikan green hydrogen bisa menciptakan 300 ribu lapangan kerja dan devisa hingga USD 70 miliar lewat optimalisasi potensi EBT nasional sekitar 3.686 GW.

Peran dalam Roadmap NZE 2060

Green hydrogen jadi salah satu pilar utama dalam roadmap nasional hidrogen dan amonia (RHAN). Hidrogen hijau juga bisa jadi “penyangga” energi terbarukan lain—PLTS, PLTB, hingga baterai—untuk menjaga stabilitas grid.

Pemanfaatannya akan dilakukan bertahap, mulai 2031 hingga 2041, dengan fokus pada sektor transportasi berbasis sel bahan bakar dan industri yang sulit dideskarbonisasi.

Keterlibatan Masyarakat

Lebih dari sekadar proyek energi, PGEO dan Toyota ingin membangun ekosistem hijau yang melibatkan masyarakat sekitar. Harapannya, tumbuh ekosistem bisnis baru, lapangan kerja, dan kemandirian ekonomi di daerah operasi.

Visi Jangka Panjang

Kemitraan PGEO–Toyota bisa jadi fondasi kuat bagi ekosistem green hydrogen Indonesia. Selain memperkuat daya saing energi nasional, inisiatif ini akan mempercepat target dekarbonisasi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Ke depan, green hydrogen diyakini bakal menjadi “game changer” transisi energi Indonesia—energi yang bersih, tangguh, mandiri, dan memberikan nilai tambah besar bagi perekonomian nasional.

Previous Post Next Post