Bank Indonesia (BI) kembali bikin gebrakan dengan memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin jadi 4,75% per September 2025. Ini jadi pemangkasan kelima sepanjang tahun, dan jelas langkah ini ditujukan buat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga daya beli masyarakat di tengah situasi global yang masih penuh ketidakpastian.
Efek Langsung ke IHSG
Kabar pemangkasan suku bunga ini langsung kasih angin segar buat pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan tembus rekor baru di level 8.068 pekan lalu.
Kenapa bisa begitu? Karena penurunan suku bunga bikin deposito dan obligasi jadi kurang menarik. Investor pun geser dana ke pasar saham, bikin transaksi melonjak dan indeks ikut terdorong naik.
Selain itu, kebijakan longgar dari The Fed juga ikut mendukung arus likuiditas global. Kombinasi ini bikin IHSG jadi semakin seksi di mata investor lokal maupun asing.
Sektor Saham yang Paling Diuntungkan
Beberapa sektor jelas jadi bintang utama dari kebijakan ini, terutama yang sensitif sama bunga pinjaman dan biaya modal. Nah, biar lebih konkret, berikut contoh saham berfundamental kuat di masing-masing sektor:
1. Perbankan
Bank paling cepat merasakan dampaknya. Biaya dana (cost of fund) turun lebih cepat dibanding bunga kredit yang mereka terapkan. Hasilnya? Margin bunga bersih naik → laba bersih bank ikut terdongkrak → kredit makin tumbuh.
➡️ Contoh saham: BBCA dan BBRI, dengan laba bersih yang pulih dan kualitas aset yang membaik di semester I 2025.
2. Properti & Konstruksi
Turunnya bunga bikin cicilan KPR lebih ringan dan pembiayaan proyek makin terjangkau. Permintaan properti dan konstruksi otomatis terdorong, bikin saham di sektor ini ikut naik daun.
➡️ Contoh saham: PWON, SMRA, dan BSDE yang dapat sentimen positif dari penurunan suku bunga plus stimulus perpajakan. Valuasinya juga relatif murah dibanding historisnya.
3. Konsumer Nonprimer & Ritel
Dengan cicilan yang lebih ringan, daya beli masyarakat ikut naik. Konsumsi produk nonprimer dan belanja ritel meningkat, bikin sektor ini biasanya stabil bahkan cenderung tumbuh di era bunga rendah.
➡️ Contoh saham: ICBP dan MYOR, dengan pangsa pasar kuat lewat produk kebutuhan pokok yang stabil. Cocok buat investasi jangka panjang.
4. Telekomunikasi
Digitalisasi makin gencar, kebutuhan data dan jaringan internet makin tinggi. Sektor ini jadi salah satu tulang punggung ekonomi modern.
➡️ Contoh saham: TLKM dan EXCL yang punya fundamental solid dan strategi digitalisasi untuk memperkuat posisi pasar.
5. Kesehatan
Permintaan sektor kesehatan cenderung stabil bahkan di masa ketidakpastian. Dengan tren konsumsi layanan medis yang meningkat, prospeknya makin cerah.
➡️ Contoh saham: KLBF, MIKA, dan SILO dengan kinerja keuangan yang terus membaik serta prospek pertumbuhan jangka panjang.
6. Komoditas & Manufaktur
Industri dengan modal besar kayak komoditas dan manufaktur diuntungkan karena beban bunga turun. Artinya ada ruang lebih buat ekspansi dan peningkatan kinerja operasional.
➡️ Contoh saham: ANTM, TINS, dan BRMS, didukung posisi Indonesia sebagai produsen utama plus potensi ekspansi usaha yang luas.
Penutup
Langkah BI memangkas BI Rate ke 4,75% jadi katalis kuat buat pasar modal. IHSG bukan cuma menembus rekor baru, tapi juga menunjukkan daya tarik besar bagi investor.
Sektor perbankan, properti, konsumer, telekomunikasi, kesehatan, sampai komoditas jadi penerima manfaat utama. Dengan contoh saham unggulan di tiap sektor, investor punya gambaran lebih jelas buat menyusun strategi portofolio.
Meski begitu, tetap perlu waspada sama faktor eksternal yang bisa memicu volatilitas pasar.
Bos, mau saya tambahkan tabel ringkas (sektor — contoh saham — alasan) dalam HTML juga supaya pembaca lebih gampang serap informasinya?