:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3267162/original/045706800_1602658744-20201014-IHSG-Dibuka-di-Zona-Merah-angga-5.jpg)
Dalam konteks fiskal, pemerintah diharapkan dapat memanfaatkan kenaikan harga komoditas sebagai kesempatan untuk meningkatkan pendapatan negara. Namun, perhatian tetap harus diberikan pada potensi dampak negatifnya terhadap daya beli masyarakat.
Situasi ini mencerminkan pernyataan Hendra yang menegaskan, Pemerintah harus cermat dalam mengambil langkah untuk mengoptimalkan pemasukan negara tanpa mengabaikan risiko yang mungkin muncul bagi perekonomian domestik.
Pada tanggal 21 Juni 2025, ketegangan global meningkat ketika Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir di Iran, yaitu Fordo, Natanz, dan Isfahan. Serangan ini dikonfirmasi oleh Presiden AS, Donald Trump, sebagai respons terhadap ketegangan yang telah ada sejak Oktober 2023 antara Iran dan Israel.
Pergerakan militer AS ini meningkatkan kecemasan mengenai potensi konflik besar di Timur Tengah, yang merupakan daerah penting dalam pasokan energi dunia. Kenaikan harga minyak dunia dapat memberikan dampak tambahan pada subsidi energi dan inflasi impor, serta mempersempit ruang bagi Bank Indonesia untuk mengambil langkah-langkah pelonggaran moneter.
Di pasar saham, analis memperkirakan bahwa beberapa perusahaan seperti MEDC, ELSA, PTRO, BUMI, BRMS, ENRG, dan MDKA akan mendapatkan keuntungan dari lonjakan harga minyak dan emas. Harga emas bahkan menembus USD 2.500 per troy ounce, mencerminkan tingginya permintaan terhadap aset yang dianggap sebagai lindung nilai.
Keseimbangan antara penerimaan fiskal dan risiko inflasi menjadi tantangan utama yang dihadapi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan, melemah 3,61% dan diperkirakan akan terus tertekan. Investor perlu memperhatikan level support yang signifikan di sekitar 6.812 hingga 6.700 sebagai acuan penting.
Selain itu, dengan adanya penguatan dolar, nilai tukar rupiah juga terancam melemah, berpotensi menyebabkan aliran modal keluar dari pasar surat utang. Dalam suasana ketidakpastian yang tinggi, disiplin dalam manajemen risiko menjadi sangat penting bagi para investor.
Strategi seperti pengalihan portofolio ke sektor defensif dan komoditas, serta peningkatan likuiditas, bisa menjadi fokus utama menghadapi volatilitas pasar. Investor sebaiknya menghindari spekulasi jangka pendek, terutama pada saham yang memiliki volatilitas tinggi dan likuiditas rendah.
Dari sisi kebijakan, diharapkan OJK dan BEI bisa lebih proaktif menjaga stabilitas pasar. Salah satu rekomendasi mendesak adalah pembukaan kembali tampilan kode broker, sehingga investor ritel dan institusi dapat memantau transaksi dengan transparan.
Jika tekanan pasar semakin besar, langkah-langkah teknis seperti penyesuaian auto rejection juga perlu dipertimbangkan untuk menjaga keseimbangan. Sebagaimana disampaikan Hendra, Usaha untuk membuka akses informasi bagi pelaku pasar sangatlah penting agar investor memiliki kejelasan tentang aliran transaksi dan likuiditas yang ada.