Reshuffle Kabinet Prabowo 2025: Sentimen Negatif ke IHSG, Konsumsi dan Rokok Jadi Penopang

Reshuffle Kabinet Prabowo 2025: Sentimen Negatif ke IHSG, Konsumsi dan Rokok Jadi Penopang

Presiden Prabowo Subianto pada Senin, 8 September 2025, melakukan reshuffle besar dalam Kabinet Merah Putih. Salah satu perubahan paling mencolok adalah pergantian Menteri Keuangan, di mana Sri Mulyani digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa. Selain itu, empat pos lain juga diganti, mulai dari Menko Polkam hingga Kemenpora, ditambah pembentukan kementerian baru khusus urusan Haji dan Umrah.

Dampak Langsung ke Pasar Saham

Pasar modal bereaksi cepat. Di hari pengumuman, IHSG anjlok 1,28%, dipicu aksi jual masif terutama pada saham sektor keuangan dan perbankan. Sebanyak 451 saham melemah, sementara hanya 232 yang menguat. Tekanan jual ini sebagian besar dipicu kekhawatiran soal arah kebijakan fiskal di bawah menteri keuangan baru.

Banyak analis menilai, kepanikan ini bersifat jangka pendek. Pasar masih menunggu kepastian arah kebijakan pemerintah, dan pemulihan bisa terjadi setelah komunikasi yang lebih jelas dari otoritas fiskal.

Sektor yang Tetap Tahan Banting

Meski indeks goyah, beberapa sektor justru bergerak stabil, bahkan mencatat penguatan:

  • Konsumsi primer (makanan dan minuman). Saham seperti Indofood CBP (ICBP) dan Mayora (MYOR) terbantu program makan gratis pemerintah dan daya beli yang masih terjaga.
  • Rokok. Emiten besar seperti HM Sampoerna (HMSP), Gudang Garam (GGRM), dan Wismilak (WIIM) menguat hingga 17%. Ekspektasi stabilitas kebijakan cukai menjadi pemicu utamanya.
  • Utilities dan telekomunikasi. Saham Telkom (TLKM) relatif aman dari gejolak politik karena pendapatan berulang yang solid.
  • Pertambangan logam. Emiten seperti ANTM dan UNTR masih menarik, didukung dorongan hilirisasi industri dari pemerintah.

 

Bagi investor, reshuffle ini menjadi pengingat bahwa politik punya peran besar dalam psikologi pasar modal. Secara umum, sektor keuangan, properti, dan teknologi lebih rentan terhadap ketidakpastian politik. Sebaliknya, konsumsi primer dan rokok terbukti defensif, sementara utilities dan tambang logam menawarkan prospek jangka menengah.

 Dalam jangka pendek, IHSG masih berisiko melanjutkan koreksi. Secara teknikal, indeks berpotensi menguji level support di 7.630–7.650. Jika tak ada kabar positif, pelemahan bisa berlanjut. Namun, tekanan ini cenderung sementara selama tidak muncul kebijakan mengejutkan yang menambah beban pasar.

Banyak analis menyarankan sikap wait and see, khususnya pada saham perbankan dan properti yang paling sensitif terhadap pergantian pejabat ekonomi.

Sebaliknya, sektor konsumsi, rokok, utilities, dan tambang logam tetap menjadi pilihan bagi investor yang mencari kestabilan. Saham dengan fundamental kuat berpotensi jadi tempat aman di tengah volatilitas.

Proyeksi Jangka Menengah

Jika komunikasi kebijakan fiskal dari Menteri Keuangan baru bisa menjawab ekspektasi pasar, peluang rebound cukup besar. IHSG diperkirakan bisa kembali menguat menembus 7.800. Investor asing maupun institusi kemungkinan akan kembali masuk begitu ada kepastian, sehingga koreksi pasca reshuffle bisa menjadi peluang akumulasi saham undervalued.

Previous Post Next Post