Kontroversi Suku Bunga: Ekonom Bicara Soal BI!

Kontroversi Suku Bunga: Ekonom Bicara Soal BI!

Andry mengungkapkan bahwa pemangkasan suku bunga bisa memperbaiki likuiditas di masa depan serta menjadi penggerak bagi peningkatan pinjaman, terutama di tengah melambatnya kondisi ekonomi. Diharapkan, pengurangan tarif ini dapat meredakan inflasi di AS, yang selanjutnya meningkatkan harapan untuk pemangkasan suku bunga acuan oleh Federal Reserve, jelasnya dalam pernyataan yang dikutip pada Kamis, 22 Mei 2025.

Ia juga berpendapat bahwa kesempatan untuk melonggarkan kebijakan moneter masih terbuka lebar, khususnya jika pertumbuhan ekonomi tampak berada di bawah target 4,6% hingga 5,4% tahun ini. Selain itu, risiko eksternal seperti ketegangan perdagangan dan ketidakpastian fiskal di AS harus tetap terkelola dengan baik.

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, menambahkan bahwa keputusan ini sejalan dengan proyeksi inflasi untuk 2025 dan 2026 yang menunjukkan angka rendah dan stabil di kisaran 2,5% plus minus 1%. Langkah ini juga bertujuan untuk mempertahankan nilai tukar rupiah serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Namun, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat pada level 4,87% di kuartal pertama 2025, masih ada pertanyaan mengenai kesesuaian keputusan pemangkasan suku bunga BI. Gubernur BI juga mendorong bank untuk mengurangi suku bunga pinjaman supaya mendorong pertumbuhan kredit dan membantu pemulihan ekonomi, tambah Satria Sambijantoro, Kepala Ekuitas di sebuah perusahaan keuangan.

Bank Indonesia telah memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate menjadi 5,50% per Mei 2025. Langkah ini diharapkan akan mengurangi biaya dana dan mendorong penurunan suku bunga kredit bank secara bertahap dalam jangka waktu 3-6 bulan ke depan.

Josua, seorang ekonom, menyatakan bahwa ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin di AS juga membuka peluang bagi BI untuk menyesuaikan kebijakan moneter tanpa menimbulkan risiko pada stabilitas eksternal. Myrdal juga melihat ada potensi untuk pemangkasan lebih jauh sebesar 25 basis poin untuk merangsang ekonomi domestik selama tahun ini.

Dalam keputusan untuk menurunkan suku bunga, terdapat beberapa faktor utama yang mendasarinya, termasuk inflasi yang terjaga, stabilitas nilai tukar rupiah, dan kebijakan yang terkoordinasi demi menjaga stabilitas ekonomi. Josua mengungkapkan bahwa keputusan tersebut menunjukkan pergeseran mendasar dari kebijakan pro-stabilitas menjadi lebih condong pada pertumbuhan.

Sebagai catatan, meskipun ada keinginan untuk mempercepat pertumbuhan agregat, pernyataan Andry menunjukkan bahwa pemangkasan suku bunga lebih lanjut mungkin akan terbatas, tergantung pada kekuatan rupiah menghadapi tekanan dari dolar AS dan perubahan dalam ekspektasi suku bunga global.

Berdasarkan pandangan dari Mega Capital Sekuritas, keputusan BI ini juga membawa beberapa kekhawatiran bagi investor tentang masa depan rupiah. Namun, dengan berkurangnya tekanan inflasi dan stabilnya rupiah, langkah ini dinilai tepat dalam konteks meredakan ketidakpastian global, terutama yang berkaitan dengan ketegangan perdagangan AS-Tiongkok.

Next Post