
Meski pada kuartal IV-2024 hingga kuartal I-2025, emas masih menjadi primadona, namun laporan menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan dari nikel akan mengalami peningkatan yang signifikan pada paruh kedua tahun 2025. Hal ini tentu saja akan mendorong pertumbuhan pendapatan dan laba bersih PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) secara substansial di tahun 2025.
Investment Analyst dari Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, mengungkapkan bahwa sektor nikel ANTM, di luar usaha emas, berfungsi sebagai penyangga yang dapat memperbaiki margin keuntungan perusahaan di masa depan. Dia menegaskan bahwa meskipun emas masih menjadi sumber utama pendapatan, diversifikasi produk logam lainnya seperti feronikel memberikan stabilitas yang diperlukan dalam bisnis.
Indy Naila juga menjelaskan bahwa bisnis nikel ANTM akan menerima dorongan positif seiring dengan membaiknya kondisi global, termasuk aspek geopolitik dan meningkatnya permintaan kendaraan listrik (EV). Menariknya, ANTM memiliki posisi yang kuat sebagai BUMN dengan cadangan bahan baku yang melimpah dan rekam jejak operasional yang telah terbukti, menjadikannya memiliki keunggulan kompetitif di pasar.
Menurut data dari Trading Economics, harga nikel kontrak berjangka melesat hingga 9%, mencapai sekitar US$ 15.600 per ton pada tanggal 22 Mei 2025, setelah anjlok ke level terendahnya dalam empat tahun terakhir yang hanya menyentuh US$ 14.153 per ton pada 8 April. Dengan adanya kebijakan insentif dari pemerintah dan potensi lonjakan permintaan global, prospek kinerja ANTM tetap optimis.
Selain itu, ANTM juga aktif melakukan ekspansi di bidang hilirisasi melalui proyek smelter dengan mitra strategis yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan sektor nikel. Saham ANTM juga dilirik banyak analis dengan prediksi target harga yang optimis, diperkirakan mencapai Rp 4.000 di akhir 2025. Dengan struktur bisnis hilir yang mulai diterapkan, ANTM berpeluang meraih margin keuntungan yang lebih tinggi, seperti yang dinyatakan Indy.
Serupa dengan pandangan ini, Muhammad Wafi, Head of Research di Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), menegaskan bahwa performa ANTM diperkirakan akan didorong oleh dua segmen utama, yaitu emas dan nikel. Saat harga nikel mulai pulih, terutama didorong oleh larangan ekspor bijih nikel dari Filipina dan pembatasan kuota di Indonesia, ANTM terlihat diuntungkan karena mereka tidak menjual bijih mentah, melainkan feronikel yang telah diolah menjadi produk bernilai tinggi.
Dengan potensi pertumbuhan yang cerah, kinerja ANTM di tahun 2025 diproyeksikan akan semakin kuat, sejalan dengan harapan akan harga nikel global yang menguat. Bersama dengan sektor emas, bisnis nikel ANTM menjadi pendorong utama pertumbuhan. Wafi juga mencatat bahwa, berdasarkan valuasi, saham ANTM masih dianggap undervalued jika dibandingkan dengan pesaingnya; ia memprediksi target harga jangka pendek sebesar Rp 2.700 dan kemungkinan melampaui Rp 4.000 di akhir tahun 2025, dengan rekomendasi untuk membeli.
Dengan portofolio yang semakin beragam dan dukungan dari kebijakan hilirisasi mineral pemerintah, ANTM memiliki posisi yang strategis untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan jangka panjang. Dalam situasi volatilitas pasar global, langkah ANTM untuk menguatkan fondasi bisnis nikel juga menggambarkan pergeseran strategi dari ketergantungan pada satu komoditas. Dua motor penggerak utama—emas dan nikel—membuat ANTM semakin siap untuk memacu kinerja berkelanjutan di tahun 2025.