Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menunjukkan performa yang mengesankan dengan melonjak ke level 5.650. Kenaikan ini tercatat selama dua hari berturut-turut setelah dampak negatif penyebaran virus corona di Indonesia pada hari pertama pengumuman krisis. Data pada Senin, 26 Mei 2025, menunjukkan bahwa IHSG mengalami fluktuasi yang signifikan.
Dalam perdagangan pada hari tersebut, total frekuensi transaksi mencapai 1.418.016 kali dengan volume hingga 35,5 miliar saham. Namun, mayoritas sektor mengalami penurunan yang menekan laju IHSG. Sektor properti tercatat mengalami penurunan sebesar 1,47%, diikuti oleh sektor industri yang merosot 0,65%, dan sektor consumer siklikal yang menyusut 0,64%. Sektor keuangan juga tidak luput dari tekanan dengan penurunan 0,63%, sedangkan sektor consumer nonsiklikal merosot 0,35%.
Di tengah pesimisme tersebut, masih ada suntikan positif dari beberapa sektor. Sektor energi meningkat sebesar 0,54%, sementara sektor kesehatan mengalami kenaikan 0,34% dan sektor dasar juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,60%. Sektor transportasi turut mencatatkan kenaikan, meskipun sangat kecil, yakni sebesar 0,07%.
Melihat lebih jauh, pernyataan dari Associate Director of Research and Investment dari Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menyoroti bahwa IHSG dan bursa saham regional di Asia cenderung melemah di awal pekan. Penundaan kebijakan tarif oleh Presiden AS, Donald Trump, mungkin mampu mengurangi ketegangan jangka pendek, namun pelaku pasar tetap waspada terhadap potensi dampak kebijakan tersebut.
Selain faktor eksternal, ada juga laporan dari Bank Indonesia yang mencatat aliran modal asing ke pasar keuangan dalam negeri mencapai Rp14,73 triliun pada periode 19 hingga 22 Mei 2025. Di sisi lain, pemerintah berencana memangkas biaya transportasi dan tarif listrik hingga 50% selama musim liburan sekolah mendatang, diharapkan dapat memacu konsumsi masyarakat.