Kisah Tragis Sritex: Utang Melilit, Bos Terjaring!

Kisah Tragis Sritex: Utang Melilit, Bos Terjaring!

Liabilitas PT Sritex pada bulan September 2024 mencapai US$1,6 miliar yang setara dengan Rp 26,41 triliun (menggunakan kurs Rp16.360). Di sisi lain, perusahaan mencatatkan defisiensi modal sebesar -US$ 1,02 miliar. Salah satu komponen liabilitas jangka panjang yang signifikan adalah utang bank yang berjumlah US$ 829,67 juta, atau sekitar Rp 13,57 triliun. Tercatat ada 28 bank yang memberikan pinjaman jangka panjang kepada Sritex.

Saat ini, Sritex mengalami kekurangan modal atau ekuitas negatif, yang disebabkan oleh total liabilitas yang melebihi aset perusahaan. Liabilitas Sritex didominasi oleh liabilitas jangka panjang, yang mencapai US$1,48 miliar, sementara liabilitas jangka pendek tercatat sebesar US$133,84 juta.

Menurut peraturan bursa, saham perusahaan tercatat yang disuspensi selama lebih dari 24 bulan berpotensi untuk dihapus dari daftar bursa. Abdul Qohar, Direktur Penyidikan Jampidsus Kejaksaan Agung, mengungkapkan adanya dugaan tindak pidana korupsi dalam penyaluran kredit dari beberapa bank daerah kepada Sritex, dengan total utang yang belum dibayar mencapai Rp3,58 triliun hingga bulan Oktober 2024.

Sritex, yang telah beroperasi lebih dari 50 tahun, kini menghadapi tantangan keuangan yang serius dengan kerugian sebanyak US$ 66,05 juta atau Rp 1,08 triliun. Kerugian ini disebabkan oleh penjualan yang tidak cukup untuk menutupi biaya pokok. Kondisi keuangan Sritex semakin memburuk, dan pada tanggal 21 Mei 2025, jajaran direksi menghadapi masalah hukum dengan penangkapan Direktur Utama Iwan Setiawan Lukminto.

Saham Sritex telah dihentikan perdagangannya sejak 18 Mei 2022, dan telah dinyatakan pailit beberapa waktu lalu. Bursa Efek Indonesia mengumumkan, pada bulan Mei 2023, bahwa Sritex memiliki risiko tinggi untuk dihapus dari daftar emiten karena masalah kesehatan finansial yang parah dan utang yang menumpuk. Jika utang jatuh tempo tidak dapat dilunasi, meskipun aset dijual, Sritex masih akan kesulitan menutupi seluruh utangnya. Penjualan Sritex tercatat sebesar US$ 200,93 juta, sementara beban pokoknya mencapai US$ 223,52 juta, yang menyebabkan kerugian operasi meroket menjadi US$ 58,61 juta.

Previous Post Next Post