
Harga minyak Brent mengalami penurunan yang signifikan, kini berada di bawah US$65 per barel. Hal ini menambah keprihatinan mengenai kemungkinan terjadinya kelebihan pasokan di pasar global. Peningkatan pasokan ini ditambah dengan melemahnya permintaan, terutama menjelang musim panas, membuat sentimen pasar menjadi bearish. Meskipun biasanya musim panas di AS merupakan periode puncak konsumsi, saat ini indikator permintaan untuk bensin dan produk olahan lainnya menunjukkan penurunan.
Analis pasar memperingatkan bahwa tanpa adanya lonjakan positif dalam permintaan, harga minyak bisa terus menurun lebih jauh. Mereka memprediksi level support psikologis berada di US$60 per barel untuk WTI, dan US$64 untuk Brent. Walaupun sebelumnya ada harapan dari ketegangan geopolitik yang dapat membantu menopang harga, data pasokan yang lebih kuat justru menambah tekanan di pasar.
Kekhawatiran akan kelebihan pasokan ini tampaknya akan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan, terutama dengan situasi perundingan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran yang mandek, dan belum ada kemajuan signifikan dalam konflik Rusia-Ukraina.
Pada perdagangan tanggal 22 Mei 2025, harga minyak global kembali turun, dengan Brent kontrak Juli ditutup di US$64,85 per barel, turun dari sebelumnya di US$64,91. Penurunan ini adalah bagian dari tren korektif yang telah berlangsung sejak awal pekan, di mana Brent tercatat merosot lebih dari 2,1% dalam tiga hari terakhir. Data stok minyak mentah AS menunjukkan kenaikan selama dua minggu berturut-turut, menambah beban pada pasar.
Di samping itu, langkah OPEC+ yang mulai mengembalikan pasokan ke pasar juga memberikan tekanan tambahan. Dengan situasi ini, pasar berpotensi dibanjiri pasokan baru dari kedua negara penghasil minyak, yang semakin meningkatkan risiko oversupply dalam waktu dekat. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) tercatat melemah menjadi US$61,52 per barel, setelah mengalami pergerakan rendah sepanjang sesi. Pasar kini menanti data mingguan EIA dan keputusan selanjutnya dari OPEC+ mengenai kuota produksi.