Laba Astra Merosot 9%: Apa Penyebabnya?

Laba Astra Merosot 9%: Apa Penyebabnya?

Laba bersih divisi jasa keuangan dari Grup mengalami peningkatan sebesar 3% menjadi Rp 2,1 triliun. Hal ini dikarenakan kontribusi yang lebih besar dari sektor pembiayaan konsumen, terutama melalui pertumbuhan portofolio pembiayaan. Sementara itu, PT Federal International Finance, yang berfokus pada pembiayaan sepeda motor, berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun, juga mengalami kenaikan 3%.

Selain itu, PT Asuransi Astra Buana, sebagai perusahaan asuransi umum dalam Grup, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 3% hingga mencapai Rp 396 miliar. Peningkatan ini didorong oleh pendapatan underwriting dan hasil investasi yang lebih baik. Di sisi lain, kontribusi laba bersih dari perusahaan pembiayaan yang berfokus pada mobil naik 2% menjadi Rp 580 miliar.

Anak perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan batu bara melaporkan penjualan sebesar 3,2 juta ton, mencatat sedikit penurunan dibandingkan 3,3 juta ton di kuartal pertama sebelumnya. Untuk asuransi jiwa, PT Asuransi Jiwa Astra mencatat premi bruto sebesar Rp 1,5 triliun, dengan peningkatan sebesar 1%.

Divisi infrastruktur Grup menunjukkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan, naik 54% menjadi Rp 260 miliar. Peningkatan ini bersumber dari volume lalu lintas dan tarif jalan tol yang lebih tinggi. Meskipun bisnis pertambangan batu bara mengalami penurunan, hal ini sebagian terimbangi oleh hasil positif dari bisnis pertambangan emas dan penjualan alat berat.

Pendapatan harian untuk Grup mengalami peningkatan sebesar 12% yang beroperasi pada jaringan jalan tol Trans-Jawa dan tol lingkar luar Jakarta. Selain itu, nilai pembiayaan baru dari perusahaan yang fokus pada pembiayaan alat berat meningkat 25% menjadi Rp 4,1 triliun. Di sektor pertambangan emas, peningkatan penjualan emas tercatat sebesar 16%, mencapai 57.000 ons, yang sejalan dengan kenaikan harga emas.

Kontribusi laba bersih dari PT Astra Otoparts Tbk, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Grup, menunjukkan kenaikan 7% menjadi Rp 405 miliar. Selain itu, nilai pembiayaan baru di sektor pembiayaan konsumen tumbuh 7% menjadi Rp 30,3 triliun, menunjukkan pertumbuhan yang stabil dalam pembiayaan multiguna.

Kas bersih Grup, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan, tercatat mencapai Rp 16,1 triliun pada 31 Maret 2025, meningkat signifikan dari Rp 8 triliun pada akhir Desember 2024. Namun, utang bersih anak perusahaan jasa keuangan mengalami kenaikan menjadi Rp 63 triliun pada 31 Maret 2025 dibandingkan Rp 60,2 triliun pada tahun sebelumnya.

Di sisi lain, PT Pamapersada Nusantara, penyedia jasa penambangan, mengalami penurunan dalam pengupasan tanah hingga 12%, yang disebabkan oleh cuaca buruk. Meskipun laba bersih Astra International tanpa penyesuaian mengalami penurunan 9% menjadi Rp 7,4 triliun pada kuartal pertama 2025, beberapa sektor menunjukkan resilien.

Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro, menyatakan bahwa penurunan laba bersih mencerminkan kondisi ekonomi yang lemah serta penurunan harga batu bara dari level tertinggi sebelumnya. Penjualan alat berat Komatsu meningkat sebesar 23% menjadi 1.400 unit berkat permintaan yang kuat dari berbagai sektor. Dengan neraca keuangan yang solid, Grup siap menangkap peluang pertumbuhan di masa depan.

Kinerja kuartal pertama tahun 2025 yang berakhir pada 31 Maret menunjukkan tantangan sekaligus peluang bagi PT Astra International Tbk. Meski terdapat penurunan pada beberapa sektor, perusahaan tetap optimis dalam menghadapi dinamika pasar yang ada.

Previous Post Next Post