Dolar Terpuruk! Data Tenaga Kerja AS Patahkan Harapan

Dolar Terpuruk! Data Tenaga Kerja AS Patahkan Harapan

Sektor jasa telah berhasil menciptakan 36.000 pekerjaan baru, dengan pendorong utama berasal dari sektor hiburan dan perhotelan yang menyerap hingga 38.000 tenaga kerja. Selain itu, sektor keuangan dan informasi juga menambah masing-masing 20.000 dan 8.000 posisi pekerjaan. Namun, tidak semua sektor mengalami pertumbuhan, karena sektor profesional dan jasa bisnis mengalami penurunan signifikan dengan kehilangan 17.000 pekerjaan. Begitu juga dengan pendidikan dan kesehatan yang mengalami kekurangan 13.000 tenaga kerja, serta sektor perdagangan, transportasi, dan utilitas yang kehilangan 4.000 pekerjaan.

Sementara itu, sektor produksi barang juga mengalami penurunan pekerjaan sebanyak 2.000. Hal ini disebabkan oleh penurunan di sektor sumber daya alam dan pertambangan yang kehilangan 5.000 posisi, serta sektor manufaktur yang menyusut dengan kehilangan 3.000 tenaga kerja. Namun, sektor konstruksi menunjukkan peningkatan dengan penambahan 6.000 pekerjaan, yang membantu mengimbangi kerugian di sektor lainnya.

Menurut laporan CNBC Indonesia, nilai tukar rupiah menunjukkan tanda-tanda penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat keluarnya data ketenagakerjaan yang memperlihatkan kemunduran di sektor swasta. Laporan dari ADP menunjukkan bahwa pada bulan Mei 2025, sektor swasta hanya menambah 37.000 pekerja, yang merupakan angka terendah sejak Maret 2023.

Selain itu, PMI jasa ISM memberikan sinyal kontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir setahun pada bulan Mei, yang merefleksikan penurunan tajam dalam permintaan bisnis baru serta kenaikan biaya input yang mungkin diperburuk oleh peningkatan tarif baru-baru ini. Data ekonomi dari AS juga menunjukkan adanya pelemahan, mengindikasikan bahwa setelah awal tahun yang positif, perekrutan mulai kehilangan momentum.

Pada tanggal 5 Juni 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di posisi Rp16.270 per US$, menguat sebesar 0,09%. Nela Richardson, kepala ekonom ADP, menyatakan bahwa pasar biasanya mengaitkan lemahnya data ketenagakerjaan dengan prospek ekonomi yang menurun, sehingga mengurangi permintaan terhadap dolar AS sebagai aset berbunga tinggi.

Previous Post Next Post