
Data terbaru yang dirilis oleh The Tank Tiger, yang merupakan broker penyimpanan energi, menunjukkan adanya lonjakan permintaan untuk penyimpanan minyak mentah di Amerika Serikat. Permintaan ini mendekati level tertinggi sejak pandemi COVID-19 melanda. Sebelumnya, laporan dari Reuters juga menyebutkan bahwa OPEC+ merencanakan untuk mempercepat pengurangan batasan pada produksi mereka.
Pada akhir pekan ini, harga minyak mentah dunia mengalami penurunan signifikan. Penurunan ini disebabkan oleh dua faktor utama: penguatan mata uang dolar Amerika Serikat dan kemungkinan peningkatan produksi dari OPEC+ dalam waktu dekat. Berdasarkan informasi dari Refinitiv, harga minyak Brent untuk pengiriman bulan Juli tercatat menurun menjadi US$64,01 per barel pada hari Jumat (23/5/2025). Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami penurunan hingga mencapai US$60,75 per barel.
Menurut laporan Bloomberg, OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk menambah produksi minyak sebesar 411.000 barel per hari (bph) yang akan mulai berlaku di bulan Juli. Sentimen pasar semakin tertekan karena desas-desus bahwa para produsen besar minyak memperlihatkan niat untuk kembali memasuki pasar dengan pasokan tambahan.
Penguatan nilai tukar dolar menjadi salah satu penyebab utama penurunan harga minyak. Hal ini dipicu oleh disetujuinya rancangan undang-undang pemangkasan pajak dan belanja oleh Presiden Donald Trump di DPR AS. Meskipun belum ada keputusan resmi yang dikeluarkan, diskusi internal yang berlangsung sudah cukup untuk meredakan ekspektasi harga di pasar.
Lebih lanjut, tekanan terhadap harga minyak juga semakin bertambah seiring dengan laporan terbaru yang mengonfirmasi adanya peningkatan yang signifikan dalam stok minyak mentah di AS. Hal ini menunjukkan bahwa pasar masih mengalami kelebihan pasokan, yang berpotensi untuk memperburuk situasi harga minyak di masa mendatang.