Menurut laporan terbaru yang dibagikan oleh Bursa Efek, pada tanggal 13 Maret 2025, PT ABM Investama Tbk (ABMM) mencatatkan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan mencapai USD 1,2 miliar atau sekitar Rp 19,69 triliun per 31 Desember 2024, dengan asumsi nilai tukar Rp 14.410 per USD. Dalam periode tersebut, perusahaan mengalami penurunan dalam kinerja pendapatan dan laba.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pendapatan perusahaan mengalami penurunan sebesar 19,62 persen, dari USD 1,49 miliar. Setelah memperhitungkan berbagai beban pajak, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tahun buku 2024 tercatat sebesar USD 139,36 juta atau sekitar Rp 2,29 triliun.
Sebagai efek dari penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan juga mengalami penurunan menjadi USD 1,07 miliar, dibandingkan dengan USD 1,1 miliar pada tahun 2023. Perseroan juga mencatat beban penjualan dan distribusi sebesar USD 3,82 juta, dengan pendapatan dividen mencapai USD 831.453 dan pendapatan keuangan sebesar USD 4,56 juta. Biaya keuangan yang tercatat adalah sebesar USD 109,8 juta.
Dalam laporan kinerja tahun 2024, laba kotor yang dicapai adalah USD 131,19 juta, meskipun ini menurun dibandingkan laba kotor tahun 2023 yang mencapai USD 392,05 juta. Selain itu, perusahaan mencatatkan bagian atas laba entitas asosiasi sebesar USD 151,38 juta.
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang berlangsung pada 25 April 2025, perseroan telah mendapatkan persetujuan untuk membagikan dividen tahun buku 2024. Dividen yang akan dibayarkan sebesar Rp 421,23 miliar, atau sekitar Rp 153 per saham, yang dijadwalkan akan dibayarkan pada 28 Mei 2025.
Hingga penutupan perdagangan pada 30 April 2025, saham ABMM bergerak turun 0,30% ke posisi Rp 3.320 per saham, dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 9,14 triliun. Liabilitas perusahaan hingga akhir tahun 2024 tercatat sebesar USD 1,25 triliun, yang terdiri dari USD 500,89 juta sebagai liabilitas jangka pendek dan USD 747,3 juta sebagai liabilitas jangka panjang.