Indeks Hijau: Properti Melaju Kencang di IHSG!

Indeks Hijau: Properti Melaju Kencang di IHSG!

Menurut berita terbaru, ekonomi Amerika Serikat mengalami kontraksi pada kuartal pertama tahun 2025. Penurunan ini terjadi sebagai dampak dari lonjakan impor yang menyusul dimulainya masa jabatan kedua Presiden Donald Trump, yang juga memicu ketegangan dalam perdagangan global.

Produk domestik bruto (PDB), yang mencakup seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dari bulan Januari hingga Maret, terpantau turun dengan tingkat tahunan sebesar 0,3%. Informasi ini bersumber dari laporan Departemen Perdagangan yang dirilis pada tanggal 30 April 2025, setelah memperhitungkan faktor musiman dan inflasi.

Di sisi pasar saham, TPIA muncul sebagai pendorong utama dengan kontribusi sebesar 10,72 indeks poin. Selain itu, BMRI, BBCA, dan BBRI juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap indeks, masing-masing sebesar 5,29, 5,12, dan 3,06 indeks poin. Pada saat yang sama, nilai transaksi di pasar mencapai sekitar Rp 6,09 triliun, dengan total 11,81 miliar saham diperdagangkan dalam 688.586 transaksi.

Kapitalisasi pasar pada waktu tersebut tercatat mencapai Rp 11.811,84 triliun. Lihatlah juga, selama satu dekade terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung melemah setiap bulan Mei, dengan hanya dua tahun, yaitu 2015 dan 2020, yang mengalami penguatan.

Kondisi pasar yang kurang menggembirakan ini diperkirakan akan berlanjut, mengingat sentimen negatif yang muncul. Ini adalah pertama kalinya PDB menunjukkan pertumbuhan negatif sejak kuartal pertama tahun 2022, sementara para ekonom memprediksi pertumbuhan positif sebesar 0,4% setelah PDB menunjukkan peningkatan 2,4% pada kuartal terakhir tahun 2024.

Beberapa hari terakhir ini, sejumlah ekonom Wall Street mengubah prediksi mereka menjadi pertumbuhan negatif akibat lonjakan impor yang tidak terduga. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan dan konsumen berupaya beradaptasi terhadap tarif yang diberlakukan oleh Trump per awal April. Perlambatan dalam belanja konsumen serta penurunan pengeluaran federal juga turut menyumbang angka PDB yang tidak menggembirakan.

Laporan ini memberikan sinyal yang bervariasi bagi The Federal Reserve (The Fed) menjelang pertemuan kebijakannya yang akan datang. Meskipun angka pertumbuhan negatif dapat mendorong bank sentral untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga, isu inflasi mungkin membuat para pembuat kebijakan harus berpikir ulang.

Previous Post Next Post