Proyek yang sedang berlangsung ini memiliki peranan yang krusial dan strategis untuk mendorong kemandirian energi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam mencapai swasembada energi di wilayah Timur Indonesia. Pernyataan ini disampaikan oleh Agung, seperti yang tercantum dalam keterangan resmi pada tanggal 14 Februari 2025. Proyek yang dikelola oleh PT Pertamina Energy Terminal ini telah mencapai kemajuan konstruksi sebesar 44,4%, dan menjadi bagian penting dalam upaya swasembada energi nasional melalui akselerasi pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Direktur Utama Wijaya Karya, Agung BW, menjelaskan bahwa langkah penyehatan yang dilakukan saat ini bertujuan untuk tidak hanya memperbaiki struktur keuangan, tetapi juga memperkuat fundamental dan operasional perusahaan agar menjadi semakin excelent dalam menjaga keberlanjutan bisnis. “Kami optimistis bahwa proyek ini akan menjadi tonggak yang vital dalam memperkuat sistem energi nasional,” tambahnya, merujuk pada posisi Perseroan sebagai pemimpin dalam kontrak proyek-proyek EPCC di Indonesia, seperti yang dikutip dari keterangan resmi pada 1 Mei 2025.
Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan masih memerlukan dukungan dari pemegang Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2022 untuk menyetujui usulan yang diajukan sebagai bagian dari penyehatan perusahaan. Ini menunjukkan adanya kepercayaan dari berbagai pihak terkait terhadap langkah-langkah yang diambil Perseroan. Lembaga pemeringkat kredit PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) juga memberikan apresiasi dengan menaikkan rating Obligasi Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2022 Seri A WIKA dari idD menjadi idCCC.
Dalam upaya konsisten menurunkan utang, WIKA berhasil mengurangi total utang sebesar Rp1,47 triliun pada kuartal I 2025 dibandingkan dengan 2024, baik kepada mitra kerja maupun lembaga keuangan. Selain berkontribusi terhadap ketahanan energi, proyek LPG Refrigerated di Tuban juga memiliki dampak sosial yang signifikan, seperti menciptakan lapangan kerja lokal dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja di sekitarnya.
Proyek Terminal LPG Refrigerated Tuban, yang saat ini dalam tahap pembangunan, memiliki target penyelesaian pada semester kedua 2026. Proyek ini diharapkan mampu meningkatkan pasokan LPG nasional hingga 40% ke wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi. Menghadapi tantangan ekonomi global dan sektor konstruksi yang mengujikan, Wijaya Karya mampu mencatat total penjualan sebesar Rp4,84 triliun, dengan rincian proyek non Kerja Sama Operasi (KSO) sebesar Rp3,11 triliun dan proyek KSO sebesar Rp1,73 triliun.
Dalam pelaksanaannya, pekerjaan konstruksi pada proyek ini dilakukan baik secara onshore maupun offshore. WIKA mengadopsi inovasi modular untuk mempercepat dan menyederhanakan pemasangan pipe rack. Dengan menerapkan metode yang efisien ini, proses pelaksanaan dapat berlangsung lebih cepat. Selama kuartal I 2025, total kontrak baru tercatat sebesar Rp2,16 triliun, merosot dari periode yang sama di tahun lalu, meskipun terdapat capaian yang positif dengan kesepakatan pemegang obligasi yang mencapai kuorum persetujuan.
Proyek ini diharapkan juga menjadi pilar stabilitas energi di kawasan Indonesia Timur. Salah satu pekerjaan onshore dalam proyek ini adalah pemasangan pipe rack, yang melibatkan perakitan struktur baja dan pipa di tempat fabrikasi yang telah ditetapkan. Dengan melibatkan UMKM lokal, proyek ini berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Akhirnya, WIKA mencatat laba kotor sebesar Rp393,46 miliar, berasal dari proyek non KSO dan KSO, menegaskan bahwa proyek ini sangat strategis untuk masa depan energi di Indonesia.